Selasa, 14 Juni 2011

SATU RINDU TANPA SEMU

Hidup, mengapa engkau penuh dengan kemunafikan? Aku rindu kejujuran itu. Ketentraman sesungguhnya yang meresap dalam relung kalbu.
Hidup, mengapa engkau terkadang kejamnya menggerus kami nan kecil ini? kami yang tidak memiliki hak disini. kami sebentuk manusia yang telah diadministrasir oleh negara
Yang dibuatnya tak berhak lagi mendapat perlindungan di Bumi ini

Aku ingin hidup jauh di gunung berteman rusa dan kera yang bersahabat
Aku ingin hidup jauh di pulau terpencil meminum air kelapa muda dan merasakan angin laut menerpa lembut rambutku
Dan pasir putih pantai membelai jemari kakiku….. ah, indah nian hidup jika bisa……….
Rasakan kembali kemurnian sejati berteman alam yang naif
Tenang nyaman jauh dari hiruk pikuk udara tanpa kemanusiaan

Tapi entah Bumi ini siapa
Bumi kehilangan kehidupannya yang penuh keluguan
Mahkluk manusia bersaing untuk dapatkan tempatnya di Bumi ini
Dan pikirku Bumi dan hidup adalah milik manusia yang berkuasa. Manusia yang bisa menginjakkan kakinya diatas tubuh manusia lain.
Kukunya yang semu mencengkram tubuh manusia itu, seperti hewan predator. Pemangsa.
Manusia kejam yang semestinya tidak pantas disebut sebagai manusia. Muncul mengintai menerkam dari sudut mana saja
Berjuang dapatkan sejengkal kehidupan yang diinginkan, dan secuil tawa bahagia ditengah kemelaratan jiwa
Entah siapa yang harus disalahkan, mereka atau aku

Tuhan, lagi-lagi ini kukembalikan kepadaMu
Lagi-lagi aku mengadu padaMu
Entah akan Kau jadikan apa lagi manusia lemah seperti aku ini. entah apa lagi hal apa yang pantas Kau cobakan kepada aku nan hina ini.
Tuhan, maafkan aku, akhir kata aku sampaikan padaMu,
sepertinya aku sudah muak berhadapan dengan manusia, bahkan diriku sendiri.