Rabu, 18 Mei 2011

Untuk Papah
Suamiku,
Masih ada sebentuk cupang yang kau buat tadi malam
Merah merona menghias leherku
Tapi,
Senyum itu tak mengembang di bibir mu
Dan tawa itu tak kudengar lagi pagi ini
Kau hanya terdiam di tengah tangisku dan rengekan anak-anak

Kemudian kau beranjak pergi,
Tidur.

Suamiku, apa gerangan yang terjadi?
Jika mungkin jawablah pertanyaanku,
Sekalipun kau tak mampu menjawabnya

Untuk Papah 2
Suamiku,
Tangisku kini sudah mereda
Aku tidak tahu tentang perasaan ini
Sakit dan perih yangs elimuti kudukku
Aku masih takut melihat dirimu
Aku masih takut melihat kenyataan
Aku tak yakin benar aku yang ada di hidupmu
Yang jelas, aku sudah tak melihat secuil cinta lagi darimu
Untukku
Kini tinggal tersisa luka memar di paha dan lenganku
Itukah simbol kegagalan kita?

Untuk Papah 3
Ada banyak jalan menuju Roma
Ada banyak cerita menuju bahagia
Entah bahagia sebelah mana yang akan kau tunjuk untukku
Aku sudah tak rasa lagi
Hatiku dalam kegentingan
Seperti cinta yang bertepuk sebelah tangan
Sekalipun raga itu masih puaskanku,
Tatapmu tak lagi kudapat
Senyum mu rupanya sudah tersendat
Dan hatimu,
Entah milik siapa
Pertanyaanku,
Apakah masih ada sejengkal cinta untukku?
Dan aku sudah tahu jawabnya.

Untuk Papah 4

Suamiku, maaf,
pagi ini aku buka dompetmu diam-diam
Kuambil lima ribu rupiah
Untuk menghentikan rengekan anakmu
Untuk ditukar dengan sebungkus wafer
dan biskuit cokelat
Suamiku, maaf,
mengapa tak kudapati lagi
fotoku didalamnya?
Sedih hati ini rasanya
Prasangka dan perasaan kembali mainkan kartunya
Suamiku, maaf,
Aku tanyakan langsung padamu siang ini
selepas tidur nyenyakmu semalam
katamu, “masih ada”
dan kau kembali memeluk guling
Tidur.

Suamiku, maafkan aku,
Jika aku terluka
Jika aku benar kehilanganmu
Entah dimana bagian darimu untukku
Yang kutahu dia sudah terlepas darimu
Karena aku sudah lama tak rasakan cintamu,
sayangmu.
Maafkan aku.

Untuk Papah 5

Suamiku,
Jika aku tak sempurna untukmu
Maafkan aku
Mengapa baru sekarang begini,
Padahal dulu saling dimabuk cinta
Suamiku,
Mengapa kau selalu ada untuk mereka
Tapi mengapa kau tak sanggup untukku
Dimana dirimu untukku
Tiap malam aku selalu dengar sakitmu
Hernia mu itu lo!
Aku bersabar
Tak tiap hari aku bisa dapatkan tubuhmu
Seharusnya aku masih dapatkan hatimu
Nyatanya tidak.

Aku coba menerimamu apa adanya
Tapi mengapa tidak sebaliknya
Aku ingin dimanusiakan
Aku ingin dibelai, disentuh, disayang
Aku ingin diajak bicara
Tentang kita, tentang masa depan
Mengapa cinta itu menguap begitu saja
Dimana hilangnya perasaan bersama itu
Ataukah kini hanya berganti dengan kebosanan
Karena aku sudah lelah,
Karena tangisku cukupkan sakit kepala dan hatiku
Karena kini kita hidup dengan percobaan
Kau atau aku
Siapa yang lebih dulu
Terlepas dari belenggu ini.

Untuk Papah 6

Kataku, “Suamiku, aku ingin bicara tentang kita”
Kau terdiam dan
Tetap sibuk dengan pesan pendek di telepon genggammu
Katamu,”kau ingin bicara apa?”
Kataku, “tentang kita?”
“sudahlah, yang penting bersyukur.”
“Apa yang harus disyukuri? Teach me”
“ah, dasar kamu tidak bisa bersyukur.”
Kau pun terdiam lagi

Then I started a simply joke
I mean,
Suamiku aku ingin mendengar tawamu
Dari gurau ku yang khusus untukmu
“kok kamu ga tertawa?”
Katamu ,“apa yang lucu?”

He left.
Duh, kangmas raden tubagus se-RT polokromo
Aku bingung melayani kamu
Jiwa ini tak terima hanya diperlakukan begitu
Suamiku,
Mengapa kau kini tak pernah puaskan lahir batinku?
Jika kau memandang aku sebagai kesalahan,
Mengapa tak secepatnya kau lepaskan aku?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jangan lupa tinggalkan komentar pada tulisan saya, ya! boleh kritik boleh saran. just be honest.
terimakasih.