Sabtu, 21 Mei 2011

TENTANG MANUSIA, NALURI DAN RASIONALITAS

Tuhan menciptakan manusia sebagai mahklukNya yang terdiri dari cipta rasa dan rasa. Sehingga secara logika manusi tercipta sebagai mahklukNya yang pintar dan memiliki kelebihan secara perasaan dan rasionalitas. Manusia lebih berpikir dibandingkan semua mahklukNya yang lain. Manusia memiliki indera yang disebut sebagai sense atau rasa yang sama dengan sebutan naluri.
Mahkluk hidup satu dan lainnya pasti memiliki pengalaman. Baik pengalaman pribadi dimasa lalu yang sudah dilewatinya, maupun pengalaman dengan sesamanya maupun antar mahkluk. Tuhan memikirkan dan menciptakan semua mahkluk dengan sedemikian kompleksnya. Sehingga tanpa disadari kita hidup untuk melengkapi kehidupan mahkluk lainnya. Hidup manusia dilengkapi oleh kehadiran tetumbuhan dan hewan sebagai makanan maupun sebagai peliharaan. Demikianjuga manusia bagi tumbuhan atau hewan. Meski seringkali manusia juga dianggap sebagai ancaman yang dapat merusak kehidupan para mahkluk tetumbuhan dan hewaniah tersebut. Kadang saya berpikir bahwa manusia sering kejam terhadap sesamanya yakni para mahkluk Tuhan tersebut diatas. Manusia kehilangan eksistensi sebagai satu-satunya makhlukNya yang berpikir.
Saya pikir hewan hanya mengandalkan naluri, yakni software yang didesain Tuhan khusus untuk mereka. Manusia juga miliki naluri, namun Tuhan tambahkan software lainnya yakni rasionalitas agar manusia dapat berpikir. Kenapa demikian, tentu tujuannya tidak lepas dari keberadaan manusia sendiri di dunia. Manusia diadakan di dunia yang tercipta dengan gratis ini demi kekekalan di kehidupan berikutnya, yakni kehidupan akherat. Tentu saja bagi manusia yang rasionalitasnya mapan yang dituju adalah surga.
Manusia harus mampu berpikir agar dapat bertahan di tengah gempuran perang dengan setan yang selalu waspada dan siap mengecoh kelengahan manusia dalam pertahankan rasionalitasnya. Setan mengelabui naluri binatang dalam manusia /id, sehingga manusia merasa berada dalam euforia jika dapat memuaskan nafsu binatangnya. Seks bebas, korupsi, merokok (adalah makruh), minuman beralkohol, semua adalah bentuk naluri kita yang dikecoh setan sehingga nafsu binatang kita yang merdeka. Manusia lakukan pengrusakan terhadap rasionalitasnya, bahkan ke lingkungan sekitarnya. Saat itu manusia adalah bukan manusia.
Hewan dengan software naluri tersebut menjadi seakan pintar, karena dia lebih peka terhadap tanda-tanda perubahan di sekitarnya. sementara manusia, karena Tuhan menciptakan setiap manusia dengan volume otak lebih besar , maka manusia harusnya pintar karena software rasionalitasnya. Manusia yang terlahir dengan tidak sempurna pun memiliki cara untuk memaknai kehidupannya. Meski dia tidak tahu mengapa hal demikian dapat terjadi dalam hidupnya, meski kadang dia tahu bahwa dia tercipta dengan bentuk berbeda daripada sesamanya. Tapi para disabilitas tidak pernah mengeluh. Saya tidak pernah mendengar ada cerita mereka mengeluh, berbeda dengan manusia normal yang seakan memiliki banyak permasalahan diakibatkan kerakusan (naluri yang menjadi sifat binatang karena dipengaruhi setan) mereka sendiri. Para disabilitas menerima keadaan diri mereka apa adanya. Saya pikir Tuhan pasti beri balasan yang setimpal, yakni tempat terbaik bagi mereka di surga. Terutama bagi para disabilitas yang mempu memberdayakan naluri dan rasionalitasnya.
Untuk manusia normal, saya pikir Tuhan menciptakan kami ini dengan kepandaian masing-masing. Tapi semua manusia normal tercipta pandai. Ingat itu ya! Tidak ada manusia normal yang bodoh maupun dungu, karena manusia normal memang didesain untuk berpikir mengenai ihwal penciptannya di dunia, berpikir tentang bagaimana mempersuasi Tuhan agar dapat menolongnya dari jebakan setan dan bagaimana cara menolong sesama mahklukNya yang berada dalam kesulitan.
Manusia normal memiliki kemampuan beradaptasi dengan lingkungannya. Manusia tersebut berusaha bergabung dengan lingkungan dikarenakan sifat keingintahuan. Setelah mendapat basic life termasuk nilai dan norma dari lingkungan sekitar, maka manusia siap meluncur ke kehidupan dewasa yang penuh dengan tantangan dan hambatan. Jika basic life mereka terlalu rendah, maka biasanya tingkat survival terhadap pemenuhan materi biasanya malah tinggi. Dikarenakan manusia sudah kehilangan nilai. Sementara bagi yang basic life nya tinggi, biasanya tingkat survivalnya rendah dan memilih untuk bergabung kembali dengan komunitasnya agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik melalui nilai seragam yang ditanamkan. Materi bukan sebagai acuan dasar. Kecuali bagi penganut full basic life yang lebih sensitif terhadap perubahan kehiduupan di lingkungan baru, sehingga nilai dasar dan norma yang dipegangnya menjadi luntur, tergantikan norma lingkungan barunya.
Malam ini saya sempat ngobrol dengan dua orang sahabat di dunia maya tentang kerasnya kehidupan yang mereka alami. Mereka seumur dengan saya, namun saya masih harus banyak belajar dari mereka. Mereka memiliki jiwa survival tinggi karena lingkungan baru mensyaratkan demikian. Lingkungan lama adalah lingkup yang tidak mampu memenuhi kebutuhan secara materi. Mereka “dipaksa” memberdayakan seluruh akal pikirnya demi kebahagiaan di masa yang akan datang. Satu hal yang menjadi kesamaan antara dua sahabat yang berbeda cerita bahwa mereka memiliki dark side yang menjadi titik balik kehidupan mereka. Meski pahit, pil itu harus ditelan. Rata-rata manusia yang saya kenal yang sudah pernah rasakan jatuh dan ’ menjalani pengobatan’ bersama pil pahit itu justru bertambah pandai dan dewasa. Kinerja rasionalitas menjadi meningkat, meski seringkali masih belum bisa enyahkan nafsu binatang sepenuhnya.
Tapi itu sudah merupakan keberhasilan bagi manusia untuk mencapai tingkat pencerahan sampai di titik tersebut. Titik yang biasa saya sebut sebagai titik nol, dimana manusia sadar bahwa dia tidak memiliki apa-apa di dunia yang pantas menjadi pemberat pikirannya, kecuali Tuhan. Tuhan yang mengatur segalanya, termasuk kehidupannya, sehingga dia lebih bahagia karena dia tidak menjalani survival sendiri, melainkan ada pendampingan tak kasat mata, langsung dari Dzat Sang Maha Pen cipta. Kemana lagi kita harus berlindung selainNya? Ingat, manusia pandai manapun bukan jaminan akan dapat melanggengkan semua maksud baik kita. Hilangkan niat buruk, percayakan semua niat baik langsung pada Tuhan. Tuhan yang pasti akan tentukan jalan untuk membantu niat baik kita. Tuhan lah yang langsung menseleksi manusia-manusia terpiilihNya yang memang tercipta untuk membantu kita wujudkan niat baik tersebut. Jangan menyerah, ayo berjuang, jangan putus asa. Jika kau rapuh, gunakan akalmu, dirikanlah ibadahmu dengan ketenangan. Sadari kesalahan, mintalah pengampunanNya dan kembalilah ke pelukanNya sebagai anakNya yang baik. Niscaya hatimu akan kembali bercahaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jangan lupa tinggalkan komentar pada tulisan saya, ya! boleh kritik boleh saran. just be honest.
terimakasih.