Rabu, 18 Mei 2011


Tentang Pengasuhan Anak
Semua ibu adalah mahkluk yang layak dihormati krn kita ada di kefanaan ini lewat dia dan siap menjadi mahkluk kekal kelak pasca peradilan. Seorang ibu memiliki tanggungjawab penuh kepada anak atas masuk nya sang anak ke surga maupun neraka. Tapi disini ibu juga harus memiliki sikap tidak arogan atas anugerah Tuhan tersebut dan tidak berkecil hati atas keterbatasan diri, sebagai perempuan.
Banyak referensi mengenai pengasuhan anak. Seorang anak lahir dari hubungan ayah bundanya. Dan satu hal perlu diingat bahwa anak tidak meminta untuk dilahirkan. Sehingga apabila ortu bertindak acuh ataupun memperlakukan berlebihan terhadap anak sendiri, maka kita harus kembali pada ide awal tersebut. Anak bukan beban, melainkan anak adalah adalah tanggung jawab ortu yang wajib diarahkan dan disayangi. Ortu harus sadar bahwa anak perlu dukungan, perlu diisi dengan hal positif, keberhasilan anak adalah keberhasilan ortu, dan anak menyadari bahwa dia harus menghormati orang tuanya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang ortu lakukan terhadap anak dan lingkungannya akan menentukan masa depan anak.
Sebenarnya dalam setiap pengasuhan dibutuhkan juga peran serta ayah sebagai ortu biologisnya, terutama dalam pernikahan. Stigma di masyarakat adalah ayah berkewajiban menafkahi anak istrinya. Ibu berhak mengatur keuangan yang dihasilkan ayah maupun ibu sebagai operasional rumah tangga. Tetapi sesuai perkembangan jaman, tidak semua keluarga inti memberlakukan hal tersebut.
Hak pengasuhan menurut saya terletak di tangan kedua ortu. Dibutuhkan kecocokan dan diskusi mendalam mengenai pengasuhan, karena pengasuhan menentukan karakter dan mindset anak kedepannya. Banyak yang dibutuhkan oleh seorang anak dalam masa pertumbuhan terutama umur 0-5 tahun. Dia melakukan proses pengenalan terhadap lingkungan sekitarnya. dia mengenal orang2 terdekatnya, terutama ibunya. Akibatnya anak hanya akan menurut pada orang terdekatnya. Sekaligus akan bertindak nakal pada orang terdekatnya tersebut.
Orang yang merasa dewasa dan merasa memahami sang anak tanpa eksplorasi lingkungan lebih lanjut akan mengatakan bahwa saat bertindak nakal, anak dalam kondisi egois dan ingin diperhatikan. Exactly, benar sekali. Tapi bukankah kita ortu hidup bukan untuk melayani anak saja,,, ada pasangan, ada ortu, ada mertua, ada kakak2, ada orang lain untuk dilayani, orang diluar anak. Ortu akan menjadi kerepotan apabila terus menerus melayani anak, karena hal itu menyebabkan anak menjadi pribadi yang manja.
Bertindak kasar dan berbohong adalah kebiasaan ortu yang harus dihilangkan apabila ingin anaknya tumbuh sehat secara lahir dan batin. Anak yangs ehat lahir dan batin dapat memunculkan akhlaq yang baik. Bukankah tujuan kita adalah untuk menjadikan generasi kita jauh lebih baik daripada kita?
Untuk mengatasi hal tersebut / kenakalan anak / maka ortu harus mendisiplinkan dan berlaku tegas pada anak. perlu dipahami, bahwa ortu bukan diktator melainkan sebagai ortu yang tegas dan berperilaku dewasa. Ada saat untuk menyayangi, tetapi ada saat untuk memberi efek jera berupa hukuman ringan pada anak. Hukuman ringan, semisal mendudukkan dia di kursi selama 5-10 menit, akan membuat anak merasa ruang bebasnya terkontrol dan dia akan menurut pada ortu dikarenakan dia sadar bahwa dia tidak bisa dengan bebas mengendalikan ortunya. Ortu sebagai ortu, anak sebagai anak. Ortu tidak bisa menuruti semua perintah anak, karena dalam fase pertumbuhan ini ortu yang memegang peranan penting terhadap anak. Bayangkan jika ortu dikendalikan anak atau coba bayangkan anak yang hidup tanpa ortu, dia akan menurut/menurun pada lingkungan sekitarnya.
Sebagai ortu, Kita perlu melakukan beberapa langkah untuk menjadi ortu yang baik. Ortu yang baik adalah ortu yang dituruti anak dan sekaligus percaya diri terhadap potensi diri ke arah kebaikan dalam pengasuhan. Kita harus disiplin terhadap diri kita sendiri kemudian dilanjutkan dengan mendisiplinkan anak. antara lain membuat jadwal yang jelas bagi anak kapan saat bangun tidur, saat tidur, saat makan, saat bersosialisasi dengan teman, saat belajar. Saatnya sebagai ortu, kita harus talk less do more. Keluarga inti menentukan akan jadi apa anak kita kelak. Kita harus memberi contoh perbuatan dan perkataan yang baik bagi anak agar sang anak menirunya. Berkatalah bahwa “Saya dapat menjadi ortu yang baik!” mulai detik ini. dan lakukan hal positif untuk keberhasilan sang anak di masa depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jangan lupa tinggalkan komentar pada tulisan saya, ya! boleh kritik boleh saran. just be honest.
terimakasih.